![penulis gramedia](https://santisuhermina.com/wp-content/uploads/2021/02/IMG-20170510-WA0002-300x169.jpg)
Penulis BBC Siap Goes to Mayor
Ngobrolin buku bacaan favorit pastinya bisa jadi bahasan yang panjang di blog ini yak. Buku bacaan favorit buat saya dibagi jadi 3 fase: saat masih anak-anak, remaja dan dewasa seperti sekarang. Saya sudah pernah mengulas buku-buku favorit saat masih kecil dulu. Bahkan buku-buku itu menjadi inspirasi saat menulis cerita untuk anak.
Buku remaja favorit jaman saya sekolah gak jauh-jauh dari cerita Lupus. Generasi Z mana tahu lupus? Tahunya Dilan ama Milea nih. Hehe.. jadi ketahuan umur. Dulu tuh kepingin banget ketemu Lupus asli dan teman-temannya. Ndilalah setelah dewasa bisa ketemu Bang Boim langsung. Bahkan kami sempat satu mobil bareng-bareng saat acara FLP di Malang.
Selain Lupus, buku favorit saya adalah kamus. Iya, benar. Saya suka membawa kamus kemanapun saya pergi. Membaca kamus dan memahami artinya sangat menyenangkan. Konyol ya kalo dipikir-pikir. Yang lain bawa komik kok ini bawa kamus. Etapi saya juga suka komik macam Candy-Candy, Sailormoon dan semacamnya.
Tapi masalahnya baca kamus tuh rasanya kayak bermain scrabble word. Mungkin gegara ini kali ya akhirnya saya memutuskan memilih kelas bahasa saat SMA meskipun guru BP bersikukuh bahwa IPA adalah pilihan terbaik. (Aslinya saya insekyur aja liat anak-anak IPA pada serius gitu mukanya. Lha saya tipenya cengengesan. Susah dapat teman ntar di situ).
Buku favorit saat dewasa beda lagi. Saya suka buku Sadar Kaya milik Pak Mardigu Wowiek, Unlimited Wealth milik Pak Bong Candra atau The Secret nya Rhonda Byrne. Dan yang terakhir buku PPA (Pola Pertolongan Allah) Karya Bang Rendy Reza. Buku PPA ini termasuk buku termahal yang rela saya masukin kantong belanja selain kamus bahasa Jerman yang dibeli dengan penuh perjuangan itu.
Buku PPA sukses mengubah pola pikir dan sudut pandang saya dalam melihat kehidupan ini. Pengalaman batin ini mengingatkan saat pertama kali bertemu Al Hikam, karya hebat Ibnu Athaillah, di rak buku sekolah saat SMP.
Supernova milik Dee juga menjadi satu titik balik dalam gaya penulisan saya. Gaya tulisannya bener-bener saya contek abis waktu itu (catat: menyontek gaya ≠ menyontek tulisan). Dulu saat awal-awal Supernova selesai ditulis kami pernah bertemu di salah satu apartemen Sukarno Hatta. Kami sempat berbincang lalu ia memberikan pesan khusus yang akan saya ingat sampai nanti.
Saya merasa beruntung bisa kuliah di jurusan Sastra dan aktif sebagai pimpinan redaksi majalah fakultas. Pengalaman ini membawa saya bertemu para sastrawan Indonesia seperti Danarto, NH Dini, Zawawi Imron, Joni Aryadinata, Cak Nun dan banyak lagi. Sayang dulu kamera HP belum seinovatif sekarang. Alhasil foto-foto selfi tidak sebanyak sekarang.
Balik ke Bang Boim Le Bon. Setiap kali bertemu beliau tidak pelit berbagi tips menulis. Beliau meyakini bahwa ide bisa datang dari mana saja. Saat mengobrol di warung, di toko atau di kantor semua bisa jadi ide cerita menarik.
![penulis buku favorit](https://santisuhermina.com/wp-content/uploads/2021/02/WhatsApp-Image-2018-08-09-at-12.38.23-300x225.jpeg)
Makan Bareng keluarga Bang Boim dan FLP
Menurutnya, sebuah cerita butuh penokohan yang kuat. Sebuah cerita komedi bisa dihasilkan dari dua karakter yang bertolak belakang dan dipertemukan dalam situasi yang mendukung. Misalnya Minah dari Jawa tengah yang logatnya halus dan gaya bicaranya pelan harus bertemu Butet yang bicaranya keras. Ketika keduanya bertemu maka konflik akan muncul dengan sendirinya.
Tapi dari semua tips dari Bang Boim saya justru salfok dengan tipsnya membagi waktu sehingga bisa produktif menulis buku. Padahal beliau ini juga sibuk menulis skrip, jadi produser dll..dll.. Ternyata kuncinnya di salat tepat waktu. Seseorang yang bisa memanajemen waktu sholatnya dengan baik, bisa dipastikan jadwal lainnya pun berjalan baik. Jika sholatnya saja berantakan maka biasanya jadwal lain pun sama berantakan. Sesimple itu. Karena salat sebenarnya melatih kita untuk tepat waktu.
![lupus milenia](https://santisuhermina.com/wp-content/uploads/2021/02/WhatsApp-Image-2018-08-09-at-12.38.20-300x225.jpeg)
FLP dan Bang Boim
Ngomongin buku jadi inget akhir Maret DL nulis buku parenting udah harus kelar nih. Doain ya.
3 Comments. Leave new
nice sharing
Mbakkk, cerita kita hampir miripppp.
Aku juga suka candy-candy dan pengen masuk kelas bahasa juga tapi gak boleh sama guru BP, jadi masuk IPA. Alasannya karena minat walaupun bahasa tuh susah banget buat aku (kecerdasan linguistiknya kurang hehe), makanya pengen bisa lebih baik.
Wuih keren Mbak, dirimu sampai ketemu sastrawan Indonesia.