Contents
- 1 Literasi digital udah jadi fenomena hits di kalangan millennial saat ini.
- 2 Perempuan diciptakan sebagai makhluk yang doyan ngomong. Bayangkan setiap hari setidaknya perempuan harus menghabiskan jatah 20.000 kata. Jika perempuan tidak dibekali kemampuan literasi yang cukup bisa dibayangkan apa yang terjadi. Bandingkan dengan laki-laki yang hanya butuh 7000 kata saja per hari. Maka, jangan heran perempuan dengan kemampuan literasi rendah lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak penting, ngerumpi atau nggosip yang unfaedah.
Literasi digital udah jadi fenomena hits di kalangan millennial saat ini.
Tak terkecuali para Moms sebagai pengguna media sosial yang aktif. Literasi sendiri berasal dari bahasa Latin, literatus yang artinya orang yang belajar. Dalam bahasa Inggris, literasi bermakna kemampuan membaca dan menulis di bidang tertentu.
Tak Sekedar Membaca Huruf
Membaca ini bukan sekadar membaca huruf saja lho ya, tapi juga membaca alam sekitar dengan menggunakan segenap potensi diri dan kemampuan yang dipelajarinya selama ini. Kemampuan membaca alam dan dunia ini kemudian menimbulkan ide-ide yang divisualisasikan dalam bentuk adegan, kata, video dan gambar.
Perempuan diciptakan sebagai makhluk yang doyan ngomong. Bayangkan setiap hari setidaknya perempuan harus menghabiskan jatah 20.000 kata. Jika perempuan tidak dibekali kemampuan literasi yang cukup bisa dibayangkan apa yang terjadi. Bandingkan dengan laki-laki yang hanya butuh 7000 kata saja per hari. Maka, jangan heran perempuan dengan kemampuan literasi rendah lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak penting, ngerumpi atau nggosip yang unfaedah.
Kebutuhan untuk berbicara, entah lewat tulisan maupun omongan, jika tidak terakomodasi maka bisa menimbulkan depresi ringan sampai berat. Karena itu jangan heran jika yang paling cerewet dan banyak ngomel adalah perempuan.
Lha mau bagaimana lagi, wong memang dalam tubuh perempuan mengandung lebih banyak protein Foxp2. Protein ini mempengaruhi kebiasaan berbicara dan mengungkapkan perasaan secara verbal pada perempuan.
Kemampuan berbahasa ini bisa berbahaya jika tidak dibarengi dengan kemampuan literasi yang baik. Sudah bukan rahasia lagi, jika perempuan tidak memiliki teman bicara yang nyaman, ia akan lebih suka bicara dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, suami sebagai orang terdekat sangat berperan penting sebagai pendengar agar kebutuhan verbal ini terakomodasi.
Saat media sosial seakan sudah menjadi gaya hidup dan kebutuhan sebagian besar manusia di bumi, terbayang apa jadinya jika perempuan yang tidak memiliki kemampuan literasi yang baik harus bersosial media. Jelas hal ini akan menjadikannya toxic, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga orang lain.
Saat ini di dunia maya berita apa pun bisa menyebar dengan cepat dan tak terkendali. Jika seorang perempuan tidak memiliki kecerdasan literasi yang cukup, ia akan mudah terkena hasut, berita hoax dan membicarakan hal-hal yang tidak penting. Namun bayangkan jika yang terjadi adalah sebaliknya, perempuan dengan literasi yang baik saat bersosial media, ia justru akan membawa dampak yang positif bagi lingkungan sekitarnya.
Kemampuan literasi yang baik bukan hanya akan berpengaruh pada kesehatan jiwa dan kewarasan berpikir bagi dirinya sendiri. Namun, hal ini juga berdampak kepada orang-orang di sekitarnya. Jelas ini adalah sebuah kekuatan masif yang tidak bisa disepelekan. Banyak perubahan yang terjadi saat seorang perempuan mampu menggunakan kemampuan literasinya dengan baik.
Kondisi pandemi yang membuat kita tak bisa ke luar rumah, justru menyuburkan interaksi lewat digital. Setiap hari kita bersinggungan dengan literasi digital. Mau tidak mau kita harus beradaptasi dengan kebiasaan new normal. Sayangnya literasi digital di masyarakat masih minim. Banyak masyarakat yang lebih percaya hoax, berita bombastis, dan hal-hal sampah yang tidak penting.
Tsunami informasi bisa mengakibatkan kesenjangan kebermanfaatan. Artinya semua kembali ke pengguna masing-masing sebagai pribadi yang bebas memanfaatkan teknologi. Literasi digital yang buruk bisa dilihat dari produktivitas seseorang saat berinteraksi dengan gadgetnya. Jika gadget itu hanya untuk pleasure, leisure, bully, chatting tak berguna dan game-game yang tidak ada unsur pendidikan sama sekali, hal itu pastinya bisa merugikan.
Kemampuan memilah dan memilih informasi menjadi sangat penting. Saya pernah lho dijeblosin masuk ke grup ibu-ibu yang sukanya ghibah dan ngobrol ngalor ngidul gak penting. Waktu itu mau keluar sungkan karena pasti dianggap memutus silaturahm., Sebelumnya sudah ada teman yang memutuskan keluar grup dan menjadi bahan rasan-rasan karena dianggap memutus silaturahmi. Akan tetapi, lama- lama saya gak tahan juga dan berpikir jika terus seperti ini maka otak saya bisa ikut-ikutan tidak waras. Akhirnya, saya keluar grup dan tidak peduli lagi apa yang mereka bicarakan di belakang saya, toh saya bukan anggota grup lagi, jadi misalnya mereka ngrasani saya ya nggak masalah, wong saya nggak bakal baca chatnya.
Siapa nih yang masih sering dapat post yang dishare berulang-ulang di grup WA meski udah ketahuan hoax? Anehnya semakin sering suatu berita dishare bisa diartikan bahwa berita itu valid tanpa ada upaya untuk menelaah kembali.
Menjadi seorang blogger adalah tanggung jawab yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan sebagai orang yang pekerjaannya langsung bersinggungan dengan literasi digital, punya tanggung jawab moral untuk menyebarkan informasi yang benar dan valid.
Saya sangat setuju nih jika kemampuan literasi digital harus diajarkan sedari dini pada anak-anak sekolah. Kondisi daring memaksa anak-anak lebih sering berinteraksi menggunakan gadget. Dengan memahami digital literasi dengan baik, meraka tidak akan mudah termakan hoax dan mampu lebih bijak menyikapi segala informasi yang didapatkan di dunia maya.
Delapan Elemen Esensial dalam Literasi Digital
Menurut Douglas A.J. Belshaw, seorang peneliti literasi digital, menulis di tesisnya tentang delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital. Elemen-elemen tersebut adalah:
- Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
- Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
- Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
- Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
- Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
- Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
- Kritis dalam menyikapi konten; dan
- Bertanggung jawab secara sosial.
Saya nggak akan bahas satu-satu deh karena di dunia internet yang membahas ini sudah banyak. Silakan googling aja. Namun, intinya apa pun yang kita lakukan di dunia maya, pasti akan membawa konsekuensi entah itu baik atau buruk.
saya merasa pekerjaan blogger yang asyik ini, meski kadang suka cenut-cenut kalo DL mepet, membuat kita gak bisa asal tulis dan posting gitu aja. Tugas blogger yang suka berbagi informasi harus dilakukan dengan kesadaran penuh dan tanggung jawab. Paham akan konsekuensi yang terjadi saat sebuah tulisan selesai diposting menjadi sebuah keharusan.
Menulis sejatinya bukan sekadar posting lalu selesai. Tidak sesederhana itu. Menulis di blog adalah sebagai bentuk komunikasi yang dapat dijadikan sebagai ruang mengembangkan literasi digital. Lihat aja sebagian besar sumber berita disebarkan lewat blog.
Blog bisa digunakan sebagai wahana untuk membantu para perempuan meraih kehidupan yang lebih baik. Tulisan-tulisan yang mencerahkan dan bernada positif amat sangat dibutuhkan saat ini. Bukankah sangat menyenangkan sekali bisa berkontribusi nyata untuk sesama tanpa harus ke luar rumah? Hanya lewat HP kita bisa memberi akses seluas-luasnya untuk sebuah perubahan. Seperti yang dilakukan salah satu Teman Blogger bernama Creameno ini.
Blog sendiri digunakan untuk berbagai kepentingan mulai dari menjadi diary curhatan, jualan online sampai kampanye politik. Bersinggungan dengan dunia blog, mau nggak mau bisa digunakan untuk mengasah kemampuan dalam pengembangan diri.
Nah, ngomongin literasi yang berhubungan dengan PUEBI langsung keinget mbak Gemaulani . Khusus PUEBI ntar aku sambung aja di postingan yang lain ya.
94 Comments. Leave new
berarti kita memang harus menguasai literasi digital ya mbak biar bisa membawa dampak positif bagi lingkungan. Bikin konten yang menarik mbak biar manfaatnya bisa dirasakan banyak orang. yuuuk
Wah iya mbak kadang kita bingung ketika berada dilingkungan yang kita kurang nyaman berada disana. Benar mbak nulis diblog tidak hanya sekedar nulis ya mbak, tetapi melalui tulisan kita bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain.
Setuju, melek literasi digital penting agar kita tidak mudah termakan hoax dan justru ikut menyebarnya.
Wahahah, emang ya 20.000 kata itu bagusnya disalurin buat ngomong yang baik2
Kalo dipendem malah jadi bahaya 😆
Ternyata, baru kutahu kalau pengaruh kebawelanku ini karena hormon khusus yang ada dalam tubuhku ya. Pantesan, kupikir kenapa gitu ya, kadang olahraga mulut ini suka terasa berlebihan dibanding pria. Bagusnya karena ada blog jadi tersalurkan banget
Semangaaat mba santiii 😍😍
Masalah ini emang penting banget lhoo apalagi buat blogger.
Wih ngeri dong ya kalau ngomong dengan diri sendiri? Tapi kalau ngomong ke diri sendiri bagian dari berefleksi itu gak papa ya Mbak 😀
Blogger memang memiliki peran untuk memberikan informasi yang valid ya kak, agar dunia literasi digital berkembang.
Ulasan yang bagus, paling ngena banget dengan delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital, hal yang baru aku ketahui yang menambah wawasanku dalam menulis
Melek literasi digital memang penting buat perempuan, agar tersalurkan energi yang ada dalam bentuk tulisan atau informasi lainnya
Thanks for sharing, dear friend. Masalah yg kita hadapi saat ini asalah tidak mudah mengajak para perempuan/ibu2 untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan literasi. Jangankan literasi digital, loterasi non digital saja masih susah.
Ironisnya, mereka banyak menuntuk putra-putrinya suapaya pandai, rajin belajar tapi mereka sendiri diajak untuk “memintarkan diri” susahnya minta ampun. Ini aku alami sendiri sist. Di RW tempatku aku bikin semacam komunitas baca, targetnya untuk anak2 dan Ibu2nya juga, sekalian momong anak2, susah banget ngajak Ibu2nya. Trus aku juga nawarin English online course , gratis buat Ibu2, yg ikut dan banyak dan you know saat aku kasih tugas bikin rekaman perkenalan sesuai model yg dipost di GWA pada left….yolpo hayo ngono iku. Dijak pinter angel.
Ngeblog buat perempuan menurutku emang pas banget. Kerasa banget banyak manfaatnya. Bisa menyalurkan isi kepala, nyimpen pengalaman biar nggak gampang terlupakan, branding diri, cari temen, sampai mencoba mengais segenggam berlian.
Aku jd ngeh, sebelumnya merasa gk perlu ngikuti perkembangan teknologi ..eh ternyata ada pandemi yg maksa aku utk akhirnya hrs paham n bisa memakai aplikasi digital mk mau dak mau literasi digital hrs disentuh
Kondisi Pandemi melumpuhkan perekonomian,terutama bagi rakyat kecil,Di era seperti ini kita hrs bisa lebih memanfaatkan skill yg kita px,Era global,era teknologi yg semakin canggih,yg nantinya akn tercipta sistim ROBOTISASI(Sistim Serba ONLINE)
kalau perempuan menguasai literasi.. pasti nulis artikelnya bisa tambah puanjaangggg.. 😀😀😀
Bener juga dalam blog kita bisa mencurahkan segala keluh kesah dan apapun yang kita lihat, kita rasa dan kita alami. Kita bisa curhat, segala sesuatu, dan yang asyik ternyata bisa menghasilkan duit hehehe…..
Setuju banget kak, kita tuh jg perlu banget melek literasi, apalagi sekarang serba digital kan ya.
Perempuan hebat….
Jossss….
Sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia, perkembangan dunia digital di Indonesia punya dua sisi yang berlawanan dalam kaitannya dengan pengembangan literasi digital.
Betuuuullll…
Cerdas bangeeetttt
Zaman sekarang..perempuan dituntut untuk melek teknologi..
Ngomongin literasi digital di sangkut pautkan dengan Moms, walaaah kayaknya memang related banget. Apalagi kita tahu si Mom ini gerbang literasi juga buat anak-anaknya
Perempuan emang mahkluk yang paling banyak bicara nih. Jadi harus difasilitasi ya klo nggak bisa depresi. Ya udah lah klo ada yg cerewet dengerin aja dong. Hehe
Ayo emak2 yang masih gaptek gunakan kesempatan ini belajar literasi digital..
Gunakan literasi digital ini jadi ladang menghasilkan pundi2 rupiah..
Tulisan yang kayak gini nih nambah wawasan, ditunggu tulisan tulisannya yang lainn
Semangat nge blog nya kak ..selain buat diri kita sendiri juga akan bermanfaat bagi pembaca..hehehhe
Semoga minat baca masyarakat Indonesia meningkat ya kedepannya
Kesetaraan gender sudah makin maju, semoga perempuan bisa membuktikan mampu sejajar dengan pria 🙃
Hahaha…eh beneran lhoo…aku baru tau klo ternyata kelebihan protein foxp2 pada cewek itu menjadikan cewek itu lebih banyak nyeriwis..pantesan sampe ada akun L4mb3 Tur4h segala..wah kacau..kacau..!
Yg penting bagi moms adalah literasi yg baik” untuk kebutuhan dan perkembangan anak”nya..ok
di zaman digital seperti ini memang sangat perlu untuk punya kecerdasan literasi digital ya mbak
apalagi buat perempuan, biar nggak terjebak kabar hoax
Bener nih…kita tuh dilanda tsunami informasi. Saking banyaknya informasi, udah gitu engga lengkap pula. Peranan blogger penting nih untuk mengedukasi masyarakat agar lebih melek literasi digital…
Setuju mba, kemampuan literasi yang baik bisa membawa perubahan ke arah lebih baik, dan kitapun jadi gak mudah terpancing hoax
Wahh…jd tahu kalo perempuan tuh mng hrs byk ngomong ..mksh ilmunya mbak santi
Bener banget kak santi
Menjadi blogger punya tanggungjawab besar. Harus rajin update ilmu agar tulisannya bagus dan sesuai dengan fakta
Betul banget.
Tanggungjawab itu yg luar biasa ya
Yappp, Masih banyak yang perlu dipelajari mengenai literasi digital.
Para ortu juga harus berperan aktif untuk mendidik anak, termasuk dalam hal literasi digital
Semangattt buat kita semuaaa!
Saya suka dengan tulisan Mbak Santi.
Ingin tahu kenapa saya suka ?
Karena tulisan Mbak Santi memberikan penjelasan yang menambah pundi – pundi Pengetahuan saya.Salah satunyaa yahhh tulisan ini nih…..
Dan Saya baru tahu kalau perempuan itu harus menghabiskan jatah 20.000 kata setiap harinya.
Andaikan saja….. 20.000 kata itu ditumpahkan dalam bentuk tulisan, maka setidaknya bisa menjadi sekitar 20 artikel .WOW. Kewrennn…….
Coba bayangkan lagi, kalau seumpama 20.000 kata itu dibuatkan dalam bentuk artikel secara terus menerus selama 30 Hari. Itu artinya : 20 Artikel dikalikan 30 hari, maka bisa tercifta 600 Artikel Cuyy……Ckckckck.
Terus klaau 600 Artikel dikalikan lagi selama 10 Bulan Kedepan, mmmm….jadi enam rebo artikel .hahahaha……..Kerenn banget nih kemampuan para perempuan.
Setelah saya pikir – pikir lagi – lagi , menghabiskan jatah 20.000 kata setiap harinya dalam bentuk tulisan, ada untungnya juga buat Pak Suami, yakni berkurangnya jatah Omelan dari Buk Isteri.Hahaha.Upss..!Kaborrr ahhh…..!!!
Kalau saya agak beda nih Mba, bagi saya menulis itu sederhana, ya nulis aja terus publish, hahaha.
Karena nulis langsung post itu, saya memilih tema yang personal, jadi informasinya lebih bisa dipertanggung jawabkan.
Beda lagi kalau kita menulis untuk meneruskan penyampaian sebuah hal sih, pastinya kudu dengan jelas dan runut, setidaknya pembaca tidak salah tangkap 🙂
Blogger berperan bgt di literasi digital mbk. Baiknya emg kita hrus bisa pertanggungjawabkan apa yg kita tuliss yaaa
Keputusan keluar dari grup yang banyak ghibahnya udah bener mbak, ngga perlu pusing2.
Mauuu ikutan dong diskusi PUEBI nya sama coach Gilang ^^
Kalo aku menulis untuk release sih memang iya, meski kadang di beberapa titik jadi beban jg karena harus menyampaikan pesan sejelas mungkin.
Semakin dewasa merasa sih nyari circle yg nyambung sama obrolan kita aja cukup susah, karena literasinya beda ya mbak..
Aku juga males banget rasa masuk grup yang banyak orang ngeshare berita HOAX. Padahal kita kan bertanggungjawab atas berita yang kita sebarkan. Lah ini orang tanpa kroscek main share-share aja. Makanya penting banget orang melek literasi terutama literasi digital di zaman sekarang ini.
Saya senneng banget mba ketika aktif di blog otomatis terpaksa membaca. Terpaksa dalam artian harus lebih mengasah diri ya mba
Ulasan yang cukup kerennn… Semakin banyak membaca semakin kagum dengan berbagai tulisan dan publikasi yang ada di internet. Banyak sekali tulisan yang cukup menggairahkan rasa ingin berkarya dan berproses secara kreatif. Tulisan Mbak Santi yang Saya baca kali ini juga merupakan salah satunya.
Setuju sekali dengan pendapatnya, menulis bukan hanya sekedar menulis, tapi juga menyampaikan pesan positif dan semangat dalam tulisan tersebut.
Terima kasih banyak untuk tulisan yang cukup keren ini mbak! terus kreatif dan memberikan manfaat untuk sesama
Menurut saya ditangan perempuanlah literasi digital bisa dijalankan sesuai koridornya ..karena sifat perempuan yang penuh asah asih asuh jadi sebelum bertindak lebih mempertimbangkan manfaatnya apalgi di dunia yg serba digital ini semangat mbak…
Wedewww manteb banget nih kalimat, soal membaca buku bukan sekadar membaca tulisan tapi juga membaca alam sekitar dengan menggunakan segenap potensi diri dan kemampuan yang dipelajarinya selama ini. Kece mbak
Membaca buku yang tulisannya sesuai PUEBI, bikin memanjakan mata dan pikiran. Sepertinya dengan semakin sering membaca buku yang “benar”, maka akan semakin terlatih insting kita dalam menulis dengan lebih benar.
Literasi digital ini kerasa banget sewaktu chit chat atau bahkan kemarin saya lihat vlog seorang dokter yang… Ya ampun kemampuan literasi nya parah banget
Betul banget. Tinggal leyeh2 kita bisa sebarkan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Iya lho, sebagai blogger, memang harus riset dulu sebelum posting. Soalnya literasi digital kan juga turut dikembangkan sama para blogger nih. Terutama blogger perempuan yang punya banyak sudut pandang dan ada aja yang mau diceritain.
Setuju pake banget…
Akupun begitu mbak, kadang di grup yang bahkan isinya dibranding ‘penggiat literasi’ kadang tidak melulu share tentang hal-hal yg bermanfaat tapi justru lebih banyak ghibahnya. Makanya saya memutuskan left grup. Literasi di lingkungan kita orang pahamnya cuman baca dan tulis padhal lebih luas dari itu maknanya
Di Era sekarang ini disaat semua serba dalam jaringan, Literasi Digital bisa jadi solusi yang pas untuk para Ibu2
Perempuan bisa menghasilkan 20.000 kata, Deuh sebagai perempuan kok ya jadi sesuatu hahah, memang sih tanpa disadari ya. Jadi tinggal diperbaiki agar 20.000 kata itu menghasilkan kalimat yang indah dan bermanfaat 😅😘
Setuju Kak, sebagai blogger kita harus melek literasi digital
Sadar atau tidak setiap hari kita sudah melakukan literasi digital. Emang literasi digital sekarang tidak bisa lepas dari kehidupan ya
waduh mbaa aku ni kalau kecemplung di grup toxic aku mute aja ditanam sampai notifnya ribuan kwokwok tapi emang lebih baik langsung hengkang sih. dan emang ya kalau udah nyinyir tuh manusia bisa lupa diri, pdhal bisa jadi dirinya belum tentu lebih baik.
Nah perempuan memang memiliki peran penting dalam berbagai aspek itu sebabnya kita juga harus terus mengasah kemampuan ya Mbak. Termasuk juga dengan memahami literasi digital ini…
Curhat di blog itu dulu takut-takut banget tapi setelah respon yang keluar dari para pembaca positif baru deh berani curhat banyak hehe.
Yaaps betul mbak, yang namanya kita seorang blogger, apalagi suka kasih informasi yang detail harus sadar dan punya tanggung jawab terhadap tulisannya. Hihi aku kalo dikejar DL ini berasa deg deg an, tapi tetep harus menjamin artikel yang ditulis itu benar adanya hahaha
iya mbak, perempuan juga harus pandai dalam memilih lingkar pertemanan
kalau memang gak berkenan dengan grup unfaedah itu, ya keluar aja
saya juga akan melakukan hal yang sama kok
pentingnya perempuan/wanita lebih mengasah kemampuan dalam pengetahuan (literasi) aplg di era digital yang menurut aku serba mudah utk mendapatkan informasi
Berarti kita memang harus menguasai literasi digital ya biar bisa membawa dampak positif bagi lingkungan
Bloger itu kurang lebih sama dengan jurnalis. Tanggung jawabnya dalam meliterasi masyarakat sangat besar. Jadinya saya bangga jadi bloger seperti Mba Santi.
Saya terpaku dengan paragraf berikut ini:
“Kebutuhan untuk berbicara, entah lewat tulisan maupun omongan, jika tidak terakomodasi maka bisa menimbulkan depresi ringan sampai berat. Karena itu jangan heran jika yang paling cerewet dan banyak ngomel adalah perempuan”
Awalnya senyum-senyum tapi akhirnya paham. Nyatanya memang benar adanya. Perempuan itu nyatanya memang luar biasa. Dan memiliki fasilitas yang cukup untuk melampiaskan ke-luarbiasaan-nya itu akan memberikan efek yang positif perempuan.
!emang kita harus mengetahui dan mengenali literasi digital agar membawa dampak positif bagi lingkungan
literasi itu universal dan berlaku bagi siapa saja dan tanpa kecuali dan khusus kaum perempuan harus lebih hati2 nih jangan sampai salah pencet dan jadi masalah
Terimakasih artikel ini sangat membantu & menambah wawasan
Betul, Mba. Blog bisa menadi wajah untuk menyebarkan konten positif. Berbagi hal yang bisa saja menjadi inpirasi pembaca.
Mengetahui tentang fakta perempuan, sepertinya memang sangat penting seorang wanita/perempuan harus memiliki kecerdasan literasi yang baik. Ga bisa dibayangkan kalau sudah pegang sosmed jika literasinya kurang baik, bisa terus termakan berita hoax atau malah menyebarkan terlebih lagi bisa jadi toxic untuk orang lain.
Mungkin karena itu juga ya saya sulit untuk menemukan teman bercerita yang cocok, namun saat saya mulai menulis di blog terasa lebih nyaman dan plong hehe.
Sayapun pernah masuk grup yang isinya kebanyakan ghibah dan ngobrol-ngobrol ga jelas, mbak. Akhirnya saya keluar dari grup tersebut karena banyak hal yang menurut saya ga berguna untuk diri saya tapi hanya memberikan toxic.
Semangat Bu
terimakasih atikel ini sangat membantu dan menambah wawasan
Kita harus menguasai literasi digital agar bisa membawa pengaruh positif
Nah memang literasi digital wajib banget dimiliki oleh kaum perempuan, apalagi Ibu Ibu. Biar kita tahu batas mana yang boleh dilakukan dan nggak boleh dilakukan ya
literasi digital ini wajib nih diterapkan ke semua kalangan sih seharusnya, apalagi ya ibu-ibu itu loh, yang seringkali jadi korban hoaks, mudah terbuai sama berita-berita yang gak bisa dipertanggungjawabkan
Terimakasih artikel ini menambah wawasan dan pengetahuan
Literasi digital wajib diterapkan dalam kehidupan kita ya mbak. Ini penting banget. Karena memang bisa berguna di berbagai aspek kehidupan. Sayangnya sih banyak belum yang sadar. Hihi
Setuju banget mbak. Kemampuan literasi digital yang baik akan memberi pengaruh positif bagi diri kita dan lingkungan sekitar.
Betul Mbak, saya juga kalau nulis di blog tujuannya memberi informasi dan berbagi dengan pembaca. Jadi blog kita ada konten yang berkualitas, bukan sekadar curhat berkepanjangan. Awalnya mungkin gak papa sekadar curhat, tetapi ketika telah memutuskan untuk jadi bloger profesional artimya harus ada tambahan informasi yang bersumber pada data yang akurat.
dengan blog, perempuan jadi punya sesuatu untuk disampaikan uneg-unegnya
karena perempuan punya stok 20.000 kata per hari yang harus dikeluarkan kan
namun yaa… diusahakan menyampaikan sesuatu itu harus dengan yang baik-baik
karena perempuan adalah influencer bagi perempuan lainnya
setuju mbak, literasi digital itu sangat penting di era digital seperti ini
karena kita semakin mudah mendapat kan akses informasi
Semangat terus bu
Iya semakin berkembangnya zaman yang serba internet sekarang, literasi beralih ke dunia digital. Saya beruntung bisa menikmati era ini sehingga bisa mencari informasi apapun dengan mudah ^_^
nggak banyak temanku yang melek literasi digital mbak. paling banter ya baca novel sih. lain-lainnya mesti ogah. Hehehe
Kalau yuni paling ngocehnya ya di blog. atau nyetatus. Termasuk literasi digital kan ini. Hehehe
Kalau di kampung saya yang baru banget menyelengarakan pilkada dan pilkades serentak akhir tahun lalu, masyarakat rupanya udah makin melek literasi digital.
Terbukti dalam setiap kegiatan kampanye, penyampaian visi misi dalam rangka mencari massa, udah banyak yang memanfaatkan media sosial.
Ini ngaruh banget sih, karena daerah kami ditetapkan dalam zona merah penyebaran covid, jadi betul2 ngga boleh ada pengumpulan massa, sebisa mungkin nggak berkerumun. Padahal kita kan pengin dong, tau kompetensi dan kualitas calon pemimpin yang mau dipilih, bagaimana sepak terjangnya, trade record nya gimana. Nah, melalui media digital yang terpercaya ini kita bisa lihat.
Literasi digital emang udah harus rajin dikampanyekan ya kak. Apalagi buat blogger yang sering dapat referensi menulis melalui digital.
Kak Santi, aku baru tau yang bikin perempuan banyak omong sampe 20ribu kata itu namanya protein Foxp2.
Dan kalo ngomong literasi digital, saya juga nulis blog biar ngomongnya lebih irit karena udah tersalur lewat tulisan. Hihihi dan juga supaya gak mudah ngomel sama anak di rumah.
Aku baru tau seorang perempuan bisa ngabisin 20.000 kata tiap hari… kalo itu di konversi ke langkah seru kali ya.. sehat semua hehe
Nggak melek literasi yaa jadinya bisa termakan hoax. Bahkan bisa jadi sumber hoax yanv bakalan dibully banyak orang
Menulis memang nggak hanya sekedar menulis. Karena ada tanggung jawab moral juga untuk menyebar hal positif ke orang lain. Semangat mbak.
literasi digital ini jelas sangat berguna untuk perempuan ya Mba, apalagi perempuan kan yang suka nggak tahan share atau pun komen, jangan sampai kita ada dalam cyber bullying atau share without thinking
dulu, aku cuma beranggapan bahwa literasi digital itu hanya melalui tulisan panjang kali lebar di sebuah media atau blog atau sejenisnya. Tetapi perlahan mulai sadar bahwasanya media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk hal yang sama…
Literasi Digital ini juga harus dibudayakan, terutama ke anak milenial dan golongannya. Untuk membiasakan membaca