
Ngobrol di kamar kost
Pengalaman menjadi ibu kost menjadi salah satu hal yang ingin saya ceritakan di blog ini. Dulu saat kami awal-awal menikah belum punya kemampuan finansial untuk sekedar mengontrak rumah. Sementara kami memilih menumpang di rumah ortu yang lokasinya sangat jauh dari tempat kerja. Setiap hari suami menempuh jarak jarak hampir 50 KM pulang pergi dari lokasi rumah menuju tempat kerja.
Kondisi ini jika diteruskan jelas tidak baik untuk kesehatan suami yang punya riwayat sakit di paru-parunya. Terkadang suami harus rapat dan lembur sampai malam belum lagi kondisi hujan menjadi tantangan tersendiri. Sampai suatu ketika ada saudara yang kasihan dan menyuruh kami tinggal di rumahnya yang juga difungsikan sebagai rumah kost.
Kami sebagai keluarga muda senang saja tinggal di rumah ini karena bisa menghemat waktu ke tempat kerja . Apalagi ternyata di dalamnya ada ruang induk dengan dapur, kamar tamu dan kamar mandi yang lumayan lah untuk standart kami. Dan yang paling penting, pintu masuk antara ruang induk dan kost dibedakan sehingga kami memiliki privasi. Hehe.. Saya nggak bisa bayangkan jika kami harus berbagi pintu, kamar mandi atau ruang dengan anak kos sementara saya punya anak usia balita dan sebentar lagi punya bayi.
Lokasi rumah yang dipinggir jalan raya dan jaraknya hanya 5 menit berjalan kaki ke pusat kampus jelas merupakan posisi yang sangat strategis. Letak rumah yang diapit 3 perguruan besar negeri membuat kost-kostan ini hampir tidak pernah sepi peminat. Bahkan sering menolak karena kamar sudah penuh. Mereka juga banyak yang tidak keberatan saat harus membayar langsung per semester atau per tahun di depan karena memang lokasinya yang sangat strategis.

Kamar kost dengan dipan susun
Saudara suami juga senang karena rumah induk yang sudah lama kosong ini ada penghuni barunya. Namun ada konsekuensi saat kami menerima tawaran tinggal di sini yaitu menjadi induk kost. Artinya segala sesuatu hal yang berhubungan dengan anak kost maka kamilah orang pertama yang dianggap bertanggung jawab.
Awalnya semua berjalan lancar. Sejak calon anak kost baru datang kami sudah memberikan aturan untuk menjaga kenyamanan dan keamanan para penghuni lainnya. Aturan itu kami diskusikan bersama, diketik dan di tempel di ruang tamu umum.
Peraturan ini sangat penting untuk diberikan sejak awal. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Aturan itu misalnya:
- Cewek tidak boleh masuk (kami menerima kost khusus cowok).
- Aturan dalam penggunaan listrik tidak boleh boros.
- Menutup kran setiap kali abis digunakan.
Banyak lho anak kost yang meski udah dewasa ternyata belum bisa bertanggungjawab dalam penggunaan air. Pernah suatu hari saya sedang ada acara di luar. Nah, seorang anak kost tidak mematikan kran setelah mandir. Alhasil air air di toren mengalir terus sampai habis. Kondisi diperparah dengan mati lampu sehingga air sumur tidak bisa nyala. Akhirnya seharian sekitar 20 orang di dalam rumah besar ini tidak mempunyai cadangan air. Hal semacam ini bisa terjadi berulang-ulang meski aturan sudah disepakati. Iya kalo satu anak yang lupa matikan kran, kalo 10 anak bisa bayangkan. Akhirnya ada yang numpang mandi di kost temannya, yang aktivis kampus mandi di kantor ukm dan ada juga yang memiih tidak mandi hampir 3 hari. Haha.. Jangan dibayangin lah. Namanya juga anak cowok (banyak yang jorok nih meski tetap ada pengecualian) mereka sedia stok minyak wangi dan semprotin banyak-banyak. Duhh..
- Mereka diwajibkan ikut berpartisipasi dalam membayar kontribusi keamanan di kampung. Waktu itu setahun mereka harus membayar Rp 5000,- ke perangkat desa. Uang tersebut digunakan untuk kepentingan bersama kampung.
- Mengisi formulir berisi identitas sambil mencatumkan fotokopi KTP termasuk nomor HP. Menyimpan identitas mereka sangat penting karena jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu kita tidak kebingungan.
Ohya, sebagai ibu kost dengan sekitar 20 orang anak cowok pasti penuh suka dukanya. Mereka sudah saya anggap adik sendiri. Terkadang saat mereka sakit saya ikut menolong. Gak bisa bayangin nih gimana rasanya jauh dari keluarga.
Kayak kalo kita sendirian di kota besar macam Jakarta trus jatuh sakit pasti rasanya nelangsa sekali jauh dari orangtua. Pernah ada anak Kost Jakarta Masuk rumah sakit karena kecelakaan. Keluarga dihubungi susah banget. Nah, pas kejadian kayak gini ibu kost dan teman-teman kost adalah orang terdekat yang langsung tanggap.
Tapi ada asyiknya juga sih jadi ibu kost. Enaknya kalo mereka pulang kampung kami sering dibawakan oleh-oleh khas daerah asal mereka. Saya sering lho dapat kiriman makanan yang unik-unik dan gak kami temukan di sini. Hihi.. Suatu saat nanti saya ceritakan tingkah mereka yang ajaib dan unik selama tinggal di kost. Pengalaman menjadi ibu kost sebenarnya banyak banget. Ntar kalo ada waktu aku lanjutin ceritanya ya.
2 Comments. Leave new
Hihi pengalamannya jadi ibu kost seru juga ya Mbak. Apalagi menghadapi anak kost cowok yang bisa2nya ya itu ada yang sampai 3hari nggak mandi hehe.