Contents
- 1 Imlek adalah salah satu hari raya yang membawa kesan mendalam di masa kecil saya, selain Idul Fitri tentunya. Meski muslim, saya lahir dan besar di lingkungan mayoritas Chinese. Beberapa anggota keluarga juga beretnis Chinese sehingga hari raya Imlek bukanlah hal asing sejak kecil.
- 1.1 Salah satu yang paling tak terlupakan dan ditunggu-tunggu anak-anak seperti saya dulu ya pembagian angpao. Dan rasa bahagia ini bisa terulang lagi saat keluarga muslim merayakan Idul Fitri meski dengan suasana yang berbeda. Jadi anggap saja saya dapat amplop dua kali dalam setahun. Haha..
- 1.2 Setiap kali perayaan Imlek suasana di kampung menjadi ramai. Petasan, kue keranjang dan segala macam pritilan berwarna merah menghiasi rumah-rumah tetangga. Mulai dari ornamen seperti lilin, lampu lampion, sprei, hiasan dan baju didominasi warna merah. Warna merah beraura ‘panas’ dan menjadi simbol matahari. Matahari merupakan elemen penting dalam kehidupan sehingga warna ini dipercaya membawa keberuntungan.
- 1.3 Warna merah identik dengan rasa bahagia karena itu warna ini hanya dipakai di momen-momen tertentu saja seperti hari raya atau saat pernikahan. Makanya jika ada saudara atau tetangga Chinese yang meninggal sangat disarankan untuk tidak memakai baju berwarna merah. Lebih baik memilih baju berwarna gelap atau yang putih.
- 1.4 Para tetangga suka mengundang anak-anak kecil di kampung untuk makan bersama. Saya dulu bersama teman-teman suka sekali keliling dari satu rumah ke rumah tetangga yang lain dan mendapat angpao. Pulangnya pun kami masih di beri oleh-oleh berupa buah jeruk atau sepotong kue keranjang coklat nan legit.
- 1.5 Waktu itu saya berpikir, kenapa setiap Imlek selalu ada buah jeruk? Kenapa bukan buah yang lain? Iseng aja tanya ke Tante saya yang juga merayakan Imlek, eh ternyata ada filosofinya. Jeruk dalam bahasa mandarin di sebut Chi zhe. Chi bermakna keberuntungan sementara zhe artinya buah. Jadi jeruk dianggap sebagai buah yang membawa keberuntungan.
Imlek adalah salah satu hari raya yang membawa kesan mendalam di masa kecil saya, selain Idul Fitri tentunya. Meski muslim, saya lahir dan besar di lingkungan mayoritas Chinese. Beberapa anggota keluarga juga beretnis Chinese sehingga hari raya Imlek bukanlah hal asing sejak kecil.
Salah satu yang paling tak terlupakan dan ditunggu-tunggu anak-anak seperti saya dulu ya pembagian angpao. Dan rasa bahagia ini bisa terulang lagi saat keluarga muslim merayakan Idul Fitri meski dengan suasana yang berbeda. Jadi anggap saja saya dapat amplop dua kali dalam setahun. Haha..
Setiap kali perayaan Imlek suasana di kampung menjadi ramai. Petasan, kue keranjang dan segala macam pritilan berwarna merah menghiasi rumah-rumah tetangga. Mulai dari ornamen seperti lilin, lampu lampion, sprei, hiasan dan baju didominasi warna merah. Warna merah beraura ‘panas’ dan menjadi simbol matahari. Matahari merupakan elemen penting dalam kehidupan sehingga warna ini dipercaya membawa keberuntungan.
![hari raya imlek](https://santisuhermina.com/wp-content/uploads/2021/01/WhatsApp-Image-2021-01-04-at-13.43.13-3-FILEminimizer-300x249.jpeg)
Ornamen di hari raya imlek
Warna merah identik dengan rasa bahagia karena itu warna ini hanya dipakai di momen-momen tertentu saja seperti hari raya atau saat pernikahan. Makanya jika ada saudara atau tetangga Chinese yang meninggal sangat disarankan untuk tidak memakai baju berwarna merah. Lebih baik memilih baju berwarna gelap atau yang putih.
Para tetangga suka mengundang anak-anak kecil di kampung untuk makan bersama. Saya dulu bersama teman-teman suka sekali keliling dari satu rumah ke rumah tetangga yang lain dan mendapat angpao. Pulangnya pun kami masih di beri oleh-oleh berupa buah jeruk atau sepotong kue keranjang coklat nan legit.
Waktu itu saya berpikir, kenapa setiap Imlek selalu ada buah jeruk? Kenapa bukan buah yang lain? Iseng aja tanya ke Tante saya yang juga merayakan Imlek, eh ternyata ada filosofinya. Jeruk dalam bahasa mandarin di sebut Chi zhe. Chi bermakna keberuntungan sementara zhe artinya buah. Jadi jeruk dianggap sebagai buah yang membawa keberuntungan.
![perlengkapan imlek](https://santisuhermina.com/wp-content/uploads/2021/01/WhatsApp-Image-2021-01-04-at-13.43.13-2-FILEminimizer-300x263.jpeg)
Jeruk Mandarin simbol kekayaan
Warna jeruk yang kuning identik emas, sementara emas identik dengan kekayaan dan kemakmuran. Waaaw… jeruknya pun dipilih yang masih memiliki daun. Daun pada jeruk melambangkan panjang umur. Saya masih ingat saat kecil dulu menjelang Imlek suka dibangunin pagi-pagi untuk diajak ke pasar membeli buah jeruk. Kami memilih buah yang berwarna kuning dan halus. Jeruk mandarin namanya. Gak bakalan dah kamu nemuin jeruk jenis lain di meja makan saat Imlek selain jeruk mandarin. Hehe..
Dalam satu piring tidak boleh ada 4 jeruk. Angka 4 dianggap berhubungan dengan kematian dan kesedihan. Jadi jangan heran jika tidak pernah dijumpai 4 jeruk di dalam satu piring. Jika misalnya ada 5 jeruk di piring dan kemudian ada orang yang makan1, tinggal 4 jeruk saja nih, maka tuan rumah buru-buru mengisinya kembali agar tak sampai 4 biji di piring. Hehe.. unik ya.
Selain jeruk, kue keranjang adalah makanan khas yang saya temui setahun sekali. Kue keranjang ini semacam dodol berwarna coklat. Terbuat dari ketan dan gula. Rasanya kenyal dan sedikit keras. Tante saya menyebut kue ini dengan nama Ti kwe. Biasanya disajikan dengan cara di kukus atau di goreng. Saya paling suka dikukus terus dicampur parutan kelapa mirip klepon berwarna coklat. Kalo digoreng saya kurang suka karena ngemu lengo kalo orang Jawa bilang. Berminyak banget. Eh, kalo ini tergantung selera sih.
![hari raya imlek](https://santisuhermina.com/wp-content/uploads/2021/01/WhatsApp-Image-2021-01-04-at-13.43.13-5-FILEminimizer-300x270.jpeg)
Kue keranjang coklat nanti legit
Di klenteng suara petasan memekakkan telinga bercampur musik tambur pengiring barongsai. Namun saat orde baru kebiasaan ini sempat terhenti karena Imlek tidak boleh dirayakan besar-besaran dengan petasan. Jadilah pada masa itu Imlek tetap dirayakan tapi hanya di lingkup terbatas. Di masa inilah ingatan saya tentang Imlek ini dimulai.
Suara petasan yang menggelegar membuat imajinasi saya menguar kemana-mana membayangkan ada binatang buas bernama Nian Show yang lari ketakutan setiap kali petasan dibakar. Nian Show ini dipercaya muncul setiap malam tahun baru dan mengganggu warga. Nah, salah satu cara mengusirnya adalah dengan cara membunyikan petasan.
Saat berkumpul di meja makan, Tante memberi kami manisan dengan berbagai macam warna. Manisan ini ada yang rasanya manis, tapi ada juga yang kecut. Dulu saya pikir yang namanya manisan pasti rasanya manis semua. Eh, langsung comot aja di toples gambar naga. Ternyata rasanya asam dan nggak enak banget. Rasanya aneh di mulut. Belum pernah saya makan manisan seperti ini sebelumnya. langsung deh saya keluar trus muntahin di tempat sampah. Haha.. untung Tante gak marah dan ketawa aja liat muka saya kayak orang abis sakit perut.
![hari raya imlek](https://santisuhermina.com/wp-content/uploads/2021/01/WhatsApp-Image-2021-01-04-at-13.43.13-FILEminimizer-300x288.jpeg)
Persiapan memasak di hari raya imlek
Ada juga prosesi pembakaran kertas kimpoo. Sebulan sebelumnya Tante sudah belanja kertas kimpoo di salah satu toko di pasar besar kota Malang. Toko ini terkenal sekali karena bangunannya yang lawas, maklum toko ini dibangun sebelum saya lahir. Segala macam perlengkapan Imlek dan kebutuhan masyarakat Chinese bisa dibeli di sini. Sepertinya di pasar besar toko ini satu-satunya yang paling lengkap menyediakan keperluan Imlek.
Kertas kimpoo ini di lipat seperti bentuk perahu kemudian dironce menggunakan benang jahit. Butuh waktu setidaknya satu bulan untuk mempersiapkan rangkaian kertas kimpoo ini. Jumlahnya sangat banyak sehingga untuk membuatnya harus dengan cara menyicil jauh-jauh hari.
Setiap satu bundel kertas kimpoo ditujukan untuk satu nama leluhur yang telah meninggal. Bangsa Chinese adalah bangsa yang sangat menghargai leluhur. Karena itu banyak sekali nama yang didoakan dan artinya membutuhkan banyak kertas kimpoo untuk dibakar. Saya yang masih kecil tak begitu paham hal ini. Tapi rasanya unik saja bisa merasakan kebahagiaan dengan cara yang berbeda.
![manisan](https://santisuhermina.com/wp-content/uploads/2021/01/WhatsApp-Image-2021-01-04-at-13.43.14-FILEminimizer-300x228.jpeg)
Manisan beraneka warna
Setiap kali Imlek, Tante pasti memasak makanan yang istimewa seperti ikan dan daging ayam. Ini momen yang paling saya suka. Hehe… amazing rasanya melihat masakan beraneka macam ada meja makan yang besar dan panjang. Orang yang paling tua dipersilahkan mengambil makanan terlebih dahulu, baru kemudian giliran kami yang usianya lebih kecil. Ini semata-mata untuk mengajarkan adab menghormati orang yang lebih tua.
Sekarang saya udah dewasa dan Tante juga sudah meninggal. Para tetangga yang dulu merayakan Imlek juga sudah menua dan generasi penerusnya tidak lagi merayakannya tradisi ini. Lagipula saya sudah pindah rumah ke luar kota. Sekarang saya udah jarang banget menjumpai meriahnya Imlek seperti masa kecil dulu.
Namun, angin kencang beberapa waktu lalu mengingatkan saya pada Tante yang pernah mengatakan bahwa angin seperti ini pertanda Imlek sebentar lagi tiba. Eh, benar ternyata setelah buka kalender ketahuan Imlek tinggal beberapa hari lagi. Jadi pingin senyum nih mengingat masa-masa kecil saya yang berbinar setiap kali menerima angpou warna merah bergambar dua anak kecil yang botak dan gendut. Hihi..
Di kotamu masih ada yang merayakan Imlek gak?
10 Comments. Leave new
Baru sejak tahun 2017 kemarin, saya akhirnya memiliki satu staf yang tiap tahunnya merayakan Imlek. Jadi tau bagaimana rasa kue bulan, dapetin angpao padahal saya atasannya, dan icip-icip makanan khas Imlek tiap kali diundang ke rumah ybs 😁
Kalau di Solo sih biasanya rame banget tuh di Pasar Gede. Lampion warna warni. Di Klenteng juga rame. Tapi nggak tau deh kalau tahun ini. Mungkin sepi atau ditiadakan karena pandemi.
Di Bandung sih kalo di kawasan Pecinan, biasanya menjelang imlek ya cerah merah. Aku sendiri Bandungnya di pinggir, jauh dari kawasan itu. Jadinya ya sepi-sepi aja 🙂
Walaupun aku muslim tapi aku seneng banget tiap imlek dateng.
Karena dari kecil selalu diajak nonton barongsai sama Bapak yang sekarang udah ga ada.
Sampai gede, tiap liat barongsai jadinya seneng terharu gitu :”)
Bacanya sambil mengingat masa lalu kala imlek tiba pasti meriah ada barongsai keliling dan pasti dapat kue keranjang dari tetangga 🙂
Ditempat saya sekarang pun sama, sudah tidak pernah dijumpai lagi perayaan ilmlek yg meriah seperti saat saya masih kecil dulu.
Dulu punya tetangga dari etnis China, tiap kali perayaan Imlek sering kebagian kue keranjang. Sekarang sudah gak ada lagi. Kalo kangen pgn makan kue keranjang, harus beli dulu ke pasar.
wah, aku paling suka kue keranjang 😀
Iya ya, kalau hujan makin sering turun, tandanya Imlek sudah mau tiba. Nggak terasa ya, sudah mau Imlek lagi. Karena pandemi, waktu jadi nggak terasa tiba tiba sudah berganti tahun.
meski berbeda tetap bahagia. semoga perbedaan tidak menghalangi kebahagiaan.