Rasanya baru beberapa hari yang lalu, lelaki kecil di hadapanku ini baru saja keluar dari rahimku. Belum hilang rasa takjub saat kupandangi alisnya yang mirip sekali denganku. Kuperhatikan dengan seksama jari jemarinya. Ah, lihat kukunya! Itu juga punyaku!Aku tersenyum senang saat mendengar tangisan yang kencang.
Dan kini…
Ada yang meleleh di sudut mataku saat ia mengumandangkan takbir, “Allahu akbar.”. Lalu kami sama-sama tunduk pasrah di hamparan sajadah dalam sujud yang paling indah seumur hidupku.
Kuikuti gerakannya dengan rasa yang begitu menyesak di dada. Bukan karena sedih namun karena bahagia yang tak terukur dengan dunia dan seisinya.
Entah kenapa aku merasa lelaki kecil di hadapanku kini telah berubah menjadi lelaki tinggi besar yang gagah luar biasa. Aku yang dulu selalu tak terkalahkan, kini seketika merasa kerdil di hadapannya. Kecil dan rapuh. Hanya cintaku yang semakin membesar…
Rasa takjub pada ayat yang dibacanya meluluhkan tulang-tulangku. Gemetar aku menyadari lelaki kecil yang dulu hanya bisa menangis dan mengikuti kemanapun aku pergi, kini mampu mengoreksi cara wudhu kami yang masih salah.
Rasanya…
Surga kecil itu telah menorehkan makna di ruang hati perempuan sepertiku. Tidak. Tak ada surga yang lebih indah dari itu. Bahkan surga itu telah kudapatkan jauh sebelum kematian menjemputku.