Ngobrolin AyamGoreng Nelongso bikin saya teringat pengalaman nelongso ngurusin tugas akhir ampe teler, begadang semalaman dan paginya masih dimarahin dosen karena telat ngumpulin tugas. Gerai Ayam Goreng Nelongso Jalan Terusan Surabaya kecamatan Lowokwaru kota Malang jadi saksi teman2 se offering di UM (Universitas Negeri Malang) yang terus menyemangati agar saya tetap maju ke podium dan melanjutkan presentasi. Maklum saya baperan dimarahin dosen dikit langsung mewek. Hehe
Alhamdulillah, saya lulus dan presentasi sukses. Tahu nggak, abis presentasi langsung cuzz makan ayam geprek paling puedes di ayam nelongso bareng satu geng. Euforia lulus bikin saya lupa omelan dosen yang puedesnya kayak sambal bawang ayam nelongso. Hohah hohah! Horeeee… Mak, anakmu lulus ujiaaan!
Contents
Masa Kecil Nanang Suherman, Owner Ayam Goreng Nelongso
Kisah di atas gak ada apa-apanya dibanding cerita dibalik pendirian Ayam Goreng Nelongso. Ini gegara nonton channel youtube bertajuk “Pecah Telur” yang menceritakan kisah jatuh bangunnya Nanang Suherman, owner ayam goreng nelongso. Kini gerainya telah memiliki 71 cabang yang menyebar di kota-kota besar di pulau Jawa.
Nanang suherman, lahir di Probolinggo Jawa timur. Rumahnya yang berlokasi di Kali Basin seringkali diterpa banjir setiap kali hujan. Meski berasal dari keluarga tidak mampu, Nanang kecil hidup dimanja oleh orangtuanya. Dulu ia sempat merasa seperti salah tempat saat dilahirkan. Lha wong miskin kok hidupnya dimanja dan semua permintaannnya dituruti. Hihi..
Namun kondisi dimanja ini menjadikan Nanang kecil suka bermimpi besar. Angan-angan tinggi membuat ia ingin mengubah nasib. Hal ini pula yang akhirnya membuat ia ngotot kuliah meski sadar tak punya uang. Bisa ditebak ditengah jalan ia kelimpungan karena hidup di perantauan bukanlah hal yang mudah.
Akhirnya ia memutuskan berjualan Koran di perempatan lampu merah Dinoyo. Kegigihannya membuahkan hasil. Waktu itu ia sempat mengelola 3 gerobak loper Koran. Sayang, saat jualannya mulai menghasilkan, satpol PP datang dan menyita semuanya. Nanang kembali ke titik nol. Sedih? Pasti. Namun otaknya terus berpikir bagaiamana cara bertahan hidup. Ia putar haluan menjadi sales komputer. Pekerjaan ini pun tidak lama. Ia beralih lagi menjadi makelar mobil. Dan sudah ditebak. Gagal lagi.
Seringnya gagal berwirausaha akhirnya ia memutuskan melamar kerja di salah satu perbankan dan diterima. Menjadi seorang pegawai bank adalah pekerjaan idaman orang kampung pada waktu itu. Ibunya sangat bangga dan merayakan keberhasilan ini dengan mengundang seluruh tetangga untuk syukuran. Nanang dianggap sukses.
Nah, saat menjadi pegawai bank itu, Nanang diundang ke pernikahan salah satu keluarganya di Madura yang sukses menjadi pengusaha besi tua. Betemu dengan saudaranya membuat jiwa wirausaha bergejolak tak terbendung lagi membuat ia meminta restu pada ibunya untuk resign dari pegawai bank dan bekerja di tempat saudaranya. Awalnya ibunya kecewa karena sudah terlanjur bangga dengan pekerjaannya sebagai pegawai bank.
Resign To Reshine
Bayangin waktu itu gajinya 1,8 juta perbulan, Sementara kerja di besi tua ia hanya digaji 400 ribu. Namun waktu itu ia punya keyakinan,
“Kalau saya kerja di bank mungkin sampai 10 tahun saya gak bakal punya bank. Tapi kalo di besi tua dua tahun saya sudah bisa pergi haji dan bisa punya usaha sendiri ”
“Yo wes sakkarepmu.” Kalimat ibu ini menjadi penguat Nanang untuk berjuang membesarkan usahanya. Tak lama kemudian usahanya maju dan ia mulai bisa membeli pick up untuk mobilitas usaha. Saat usaha sedang di puncak-puncaknya ibunya menyarankan menikah agar ada yang membantu mengatur uang. Maklum Nanang dianggap hanya bisa mencari uang tapi kurang bisa mengelolanya.
Tak butuh waktu lama, hanya satu bulan untuk mempersiapkan pernikahan. Calon mertua Nanang tidak suka menunda-nunda pernikahan maka mereka meminta agar segera diadakan lamaran. Setelah menikah, istrinya tetap bekerja sementara ia berwirausaha. Dengan bantuan modal dari mertuanya, usaha Nanang berkembang.
Keinginan untuk ekspansi usaha ini membuat Nanang berani berutang. Tak tanggung-tanggung di usia muda ia harus menanggung 1,3 Milyar baik di bank konvensional maupun rentenir. Hutangnya mulai dari harian, mingguan dan bulanan. Setiap hari selalu ada tagihan yang harus dibayar. Hingga akhirnya ia bangkrut hingga semua aset dijual. Ia tidak memiliki uang untuk operasi sesar untuk istrinya yang kala itu sudah hamil tua.
Debt kolektor datang silih berganti bahkan memakai kekerasan. Tangisan istri dan anaknya yang tanpa suara menjadi kenangan pahit yang akan terus membekas dalam ingatan. Ia sempat dituduh terlibat dalam kasus penadahan pencurian. Nanang berjanji ini adalah tangisan terakhir di keluarganya.
Kondisi bangkrut membuat Nanang dan istrinya sempat mengalami berpindah-pindah SPBU untuk tidur karena tak lagi memiliki rumah. Istrinya terpaksa bekerja lagi. Dari gaji pertama itu mereka mengontrak. Sisa uang 500 ribu digunakan untuk modal usaha. Sampai suatu hari ia sholat di masjid dan menjadi imam. Untung waktu itu sholat dhuhur jadi bacaannya gak perlu keras. Hehe..
Nah ternyata salah satu makmum di masjid itu memiliki kios yang bisa disewa. Pemilik kontrakan yang mengenali wajah Nanang saat mengimami sholat menjadi pertanda positif yang membuat ia dengan mudah menerima Nanang untuk menyewa kiosnya.
Titik Balik Ayam Goreng Nelongso
Kontrakan itu ternyata bekas warung. Nanang boleh memakai alat-alat warung yang masih ada. Berbekal resep dari youtube, Nanang mulai belajar memasak. Suatu ketika bebeknya kelamaan dimasak karena ditinggal keluar rumah. Nah, ternyata justru masakan ini malah disukai pembeli. Sejak itu bebek menjadi resep andalan warung Nanang. Inilah kenapa bebek menjadi logo ayam goreng nelongso.
Namun nyatanya, ujian datang lagi. Saat bebek gorengnya mulai berkembang, gerobaknya dicuri dan warungnya kebakaran. Sekali lagi ia bangkrut dan memulai segalanya dari awal. Namun ia tak putus asa. Ia mencari tempat lain. Dan akhirnya ia menemukan sebuah ruko di daerah Sukarno hatta. Ia menyewa ruko itu dan berjualan ayam goreng.
Perjalanan mendapatkan ruko ini pun tidak mudah. Namun kekuatan mimpi memang tidak boleh diremehkan. Hingga akhirnya ia berhasil membeli ruko yang diidam-idamkan itu. Saat itulah momen yang paling dramatis dalam hidupnya. Ia sholat di lantai 3 sebagai bentuk syukur telah mencapai titik tertinggi dalam perjalanannya kini.
Ayam goreng yang banyak disukai dan nasibnya yang penuh kisah nelongso membuatnya berpikir untuk menamai usahanya Ayam Goreng Nelongso. Tentu dengan mempertahan logo bebek yang memang dari awal sudah menjadi trade mark usahanya. Kini ayam Goreng nelongso telah memiliki 71 cabang. Kegagalan demi kegagalan akan menjadi dongeng indah saat kita sampai di puncak. Siap gagal artinya siap sukses. Nah, kalo kamu pingin jadi pengusaha kudu punya mental ngeyelan dan nggak gampang nyerah nih kayak Nanang Suherman. Siap?
8 Comments. Leave new
Wahh baru tau perjuangan pendiri ayam nelongso.. selama ini cuma tau makanannya aja.. sambelnya yang mantab.. dan cabangnya di mana-mana.
Hemmmm…. Huuuu…. Haaaa…..
Pedesnya Mantaaaffff…. Top markotop….
Hemmmm…. Huuuu…. Haaaa…..
Pedesnya Mantaaaffff…. Top markotop….
Ayam nelongso pilihan keluarga krn rasanya yg josgandosss dan harga yg bersahabat.
Tempat makan andalan pas ada keluarga dari luar kota main ke rumah. Pilihan menu banyak, rasanya enak, dan yang terpenting harga ramah dikantong
thankyou for your post visit us to see article about anything at https://www.unair.ac.id/
ayam goreng nelongso ini nikmat banget ya mbak, harganya cocok didompet anak sekolah/mahasiswa. murahnya kebangetan..