“Para perempuan yang tak masuk TV, bukankah mereka pun pahlawan yang nyata?”
Melihat begitu banyak penghargaan bagi perempuan –perempuan berjasa di luar sana, yang di blow up habis – habisan oleh media massa membuat saya berpikir betapa mereka adalah pahlawan – pahlawan yang dibesarkan zamannya. Memandangi mereka membuat mata kita menatap tanpa henti dan terkagum – kagum pada sosoknya. Batapa ternyata di luar sana ada perempuan hebat yang luar biasa. Dengan segala kehebatannya perempuan ini mengerahkan segala kemampuannya untuk mempengaruhi lingkungan untuk berubah lebih baik. Sumbangsihnya nyata dan terasa bagi orang – orang di sekitarnya. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai menteri, atlet perempuan yang berhasil mengharumkan nama bangsa atau seorang perempuan penulis yang berhasil menggerakkan kaumnya agar lebih berdaya dengan aktivitas sosialnya. Dan masih banyak lagi yang lain.
Kita kagum walaupun sejatinya kehebatannya tidak punya pengaruh apapun dalam kehidupan kita sehari – hari. Seolah perempuan hebat yang masuk televisi itu adalah makluk langka yang jauh dari keseharian kita. Namun benarkah seperti itu? Adakah perempuan hebat luar biasa yang pengaruhnya kuat mengakar dalam kehidupan kita? Ada. Ia adalah ibu kita.
Di sisi lain kita terus menyanjung – nyanjung perempuan – perempuan hebat yang berseliweran di televisi. Sementara di samping kita ada perempuan keriput yang hampir separuh hidupnya dihabiskan untuk mengurusi segala kepentingan kita. Sejatinya, ibu kita adalah pahlawan yang tidak mendapat perhatian besar – besaran dari media. Namun pengaruhnya nyata kita rasakan setiap hari.
Ibu adalah perempuan hebat terlepas masuk televisi atau tidak. Termasuk ibu dan nenek saya yang begitu saya kagumi. Bukan karena kehebatannya tapi karena saripati kehidupannya yang begitu mengkristal. Yang akan membuat siapapun terbelalak tak percaya, kagum sekaligus tersenyum kecut melihat perjuangannya. Dan pada akhirnya di hadapan perempuan seperti ini kita di paksa untuk menyadari hanya aliran sungai Brantas yang mampu menandingi kesabarannya menghadapi terjalnya batu – batu kehidupan.
Seorang pahlawan bertugas menginspirasi orang lain untuk terus berbuat kebaikan. Pahlawan adalah seseorang yang memiliki empati di atas rata – rata yang mampu melihat jauh sampai kedalaman hati. Seorang pahlawan mencintai pekerjaannya tanpa syarat. Hidupnya hanya dilandasi cinta yang terus – menerus memancar memberikan cahaya yang paling terang bagi sekitarnya. Dan pahlawan yang paling dekat dengan keseharian kita adalah ibu.
Terkadang butuh kesadaran lebih bagi kita untuk menghargai sosoknya sebagai seorang pahlawan. Kita mudah terkagum – kagum pada wanita yang ada di televisi sementara mata kita memandang perempuan yang ada di sebelah kita dengan pandangan biasa saja. Sudah saatnya kita ubah pandangan ini betapa pun kondisi ibu kita. Terlepas ibu kita bukanlah orang yang tidak berpendidikan tinggi dan tidak mengikuti perkembangan zaman, bukan berarti gelar pahlawan akan hilang dengan sendirinya. Selama cintanya memancar tanpa batas dan tanpa mengharap imbalan apapun, sejatinya gelar pahlawan itu amat patut untuk disematkan.
Sudah saatnya kita lebih menyadari siapa sejatinya pahlawan dalam kehidupan kita, seseorang yang terus – menerus mendorong dan memotivasi agar kita terus maju. Ada doa – doa tembus langit darinya yang tak henti – henti dipanjatkan. Sebesar apapun kita berusaha membalasnya, jasa itu takkan pernah terbayar.
Dalam khayalan saya, seorang ibu adalah kumpulan bidadari yang dikirimkan Tuhan untuk merawat bayi – bayi titipan-Nya. Karena Tuhan percaya di tangan seorang Ibu lah amanah ini mampu dijaga.
Dengan segenap fakta yang ada apakah kita masih mengabaikannya dan menganggapnya bukan pahlawan? Seolah sosok pahlawan itu hanyalah mereka yang berhasil tayang di televisi?