Bakpao nih! Lapeeeer! Siapa sih yang tidak kenal bakpao? Makanan favorit biksu-biksu shaolin yang biasa kita lihat di televisi itu. Makanan yang terbuat dari tepung terigu ini biasa berisi berbagai macam rasa. Mulai dari daging, kacang hijau, selai dan lain sebagainya. Jika dulu bakpao hanya berwarna putih, maka sekarang orang mulai berani berkreasi menjadikan bakpao tampil cantik dengan aneka warna. Bahkan bakpao sekarang tidak melulu terbuat dari terigu, kita sudah mengenal bakpao telo sebagai camilan khas ala Indonesia yang terbuat dari ketela ungu. Jika kita mengenal bakpao hanya sebagai kudapan, di Cina makanan ini bisa digunakan sebagai pengganti nasi.
Namanya yang begitu populer hingga orang tak lagi peduli pada sejarah terciptanya makanan ini. Ternyata bakpao juga ada sejarahnya lho! Siapa sangka makanan ini dilatarbelakangi dari kisah heroik yang menggetarkan. Sejarah terciptanya bakpao merupakan rentetan kisah tiga kerajaan yang legendaris itu.
Kisah ini merupakan bagian dari cerita sejarah Sam Kok. Pada waktu itu terjadi pemberontakan besar – besaran di selatan. Zhuge liang, seorang perdana menteri di kerajaan Tiongkok mendapat kepercayaan dari Kaisar untuk mengatasi pemberontakan itu.
Maka berangkatlah Zhuge Liang menemui raja selatan yang bernama Meng Huo. Mereka berperang habis – habisan dan pihak Zhuge Liang selalu berhasil memenangkan di setiap pertempuran. Bahkan sampai tujuh kali pertempuran pun Zhuge Liang tak terkalahkan. Pasukannya benar-benar tangguh.
Namun anehnya setiap kali berhasil menangkap raja Meng huo, Zhuge liang selalu melepaskannya kembali. Tentu saja hal ini ditentang habis-habisan oleh para jendralnya. Mereka khawatir keputusan untuk melepaskan tawanan mereka akan berakibat buruk bagi kerajaan. Bisa saja Meng Huo mengumpulkan kekuatan dan kembali membalas dendam dengan kekuatan yang lebih besar.
Namun Zhuge Liang tetap tenang dan yakin pada keputusannya. Baginya sangat mudah mengalahkan Meng zhuo. Ada hal lain yang lebih penting untuk dikalahkan. Ia ingin meraih hati Meng Huo. Zhuge Liang sadar, kekalahan Meng Huo tidak akan berarti banyak bagi kedamaian rakyatnya. Jika ia mengalahkan Meng Huo akan selalu ada pengganti dari kerajaan selatan yang siap melakukan pemberontakan kembali. Namun jika ia berhasil meraih hati raja itu, mungkin pemberontakan yang telah menelan begitu banyak nyawa bisa dihentikan.
Kenyataannya raja Meng Huo bukanlah raja yang mudah patah semangat. Ia terus saja berusaha membalas setiap kali Zhuge Liang melepaskannya. Hingga pada peperangan yang ke tujuh, ia mulai menyerah. Pada waktu itu Zhuge Liang mencari strategi lain. Ia membuat Meng Huo dan pasukannya masuk ke dalam lembah di dekat pegunungan. Di tengah lembah itu, Zhuge Liang menaruh kereta yang berisi penuh makanan. Meng Huo dan pasukannya yang mulai dilanda kelaparan karena kalah perang berkali-kali merasa senang dengan keadaan itu.
Namun ketika mereka sampai, Meng Huo dan pasukannya terkejut saat mendapati ternyata di dalam kereta itu tidak terdapat makanan apapun justru mereka menemukan bubuk mesiu. Pasukan Zhuge Liang yang sudah mengepung di sekeliling pegunungan tidak melepaskan kesempatan itu. Mereka memanah bubuk – bubuk mesiu itu dengan panah api. Terjadi ledakan yang sangat dahsyat hingga Meng Huo kehilangan hampir semua pasukannya.
Keadaan ini seharusnya membuat Zhuge liang senang, namun faktanya ia justru sedih melihat ada begitu banyak mayat di hadapannya. Ia merasa amat berdosa. Dan untuk kesekian kalinya Zhuge Liang melepaskan Meng Huo. Ternyata keputusan ini justru membuat Meng Huo terharu. Ia merasa sangat terpukul mendapat kekalahan berkali – kali namun selalu saja diampuni. Setelah itu Meng Huo menjadi pengikutnya dan tidak pernah memberontak lagi.
Baca juga: Asal Mula Terciptanya Rujak Cingur
Sepulang dari kejadian itu, Zhuge Liang berniat pulang ke negaranya. Di tengah jalan ia harus menyeberang sungai yang penuh gelombang dan badai. Meng Huo yang mengikutinya menyarankan agar Zhuge Liang melemparkan lima puluh kepala manusia ke dalam sungai sebagai syarat persembahan pada roh penunggu.
Namun Zhuge Liang menolak saran itu karena tak ingin lagi ada nyawa manusia yang dikorbankan. Sebagai gantinya ia membuat kue dari terigu yang dibentuk bulat menyerupai kepala manusia. Kue ini mereka sebut bakpao yang berarti’ bungkusan daging’.
baca juga: Deretan Kuliner Yogya yang Melegenda
4 Comments. Leave new
Ow…begini to sejarah bakpao makanan favorit saya. Tragis juga..
Wah, sejarahnya…. Jadi pengen nyari buku tentang ini. Ada yang bisa direferesikan nggak, Mbak?
Buset, jadi dulu bakpao inspirasinya dari gantiin kepala orang 😦 kaget betul aku! Lalu itu si Zhuge Liang bisa buat 50 bakpao buat persembahan, dia buat sendiri? Udah bawa tepung? *penasaran* wkwk
I blog quite often and I genuinely thank you for your
information. Your article has really peaked my interest.
I’m going to bookmark your website and keep checking for new details about once per week.
I opted in for your Feed too.