
Personal branding di mata blogger
Setiap orang unik. Gak pernah ada manusia yang sama. Citra yang melekat dalam diri seseorang dalam jangka waktu yang lama pada akhirnya membentuk sebuah personal branding.
Pentingkah membangun personal branding bagi seorang blogger? Jelas. Personal branding sangat penting bagi orang2 yang bekerja di dunia maya. Udah rahasia umum, job blogger hampir 90% dikerjakan lewat online!
Bagaimana cara perusahaan dan para brand menemukan blogger yang tepat untuk mengedukasi produk mereka di masyarakat? Bisa lewat email, medsos atau media online lainnya. Bahkan banyak juga perusahaan yang berselancar di mesin pencari untuk menemukan web yang mereka cari.
Perusahaan tidak mau repot2 bertemu dan kenalan dengan blogger (ya iyalah) mereka cukup melihat track record dari medsos blogger tersebut.
Perusahaan makanan pasti akan mencari food blogger yang suka posting2 dunia kuliner. Brand popok bayi pasti menghubungi mom and parenting blogger. Kemungkinan kecil perusahaan tekno menghubungi travelling blogger.
Branding bisa dibentuk sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun membentuk branding tidak bisa instant. Karena kita tidak saling mengenal maka track record sangat menentukan langgeng tidaknya sebuah kerjasama.
Seorang blogger yang sekali saja (iya, sekali saja) menyalahi brief butuh setidaknya 2-3 tahun untuk membuat brand kembali menaruh kepercayaan. So, integritas dan profesionalisme itu penting!
Gegara ikut webinarnya Kak Vicky sepertinya nih bikin saya mikir branding saya sebagai blogger gimana ya? Wong saya ini blogger gado2 gak jelas nichenya.
Jadi inget salah satu staff di kantor suami. Nekad ngelamar kerja satu bulan siap digaji 800rb. Padahal AdSense nya dari blog dan youtube sebulan kurleb 15 jutaan. Artinya nih orang gak usah susah2 kerja udah bisa idup layak (dengan asumsi UMR kota Malang).
Trus ngapain dia belain capek2 kerja kantoran dengan gaji minim? Alasannya simpel. Biar dikira kerja! Bakal banyak yg curiga kalo dia rebahan doang mainan hape tapi cuan masuk terus. Enggak asyik kan brandingnya dianggap punya pesugihan.
Atau contoh lain, Kang Abik yang nulis ayat-ayat cinta tuh sampe bela-belain nyewa ruko biar bisa pulang-pergi kerja. Gegara dianggap lelaki pengangguran ama tetangganya. Padahal di ruko kerjanya ya cuma ngetik doang sama kayak di rumah.
Halahh wes ben. Wong Emak juga masih suka nggremeng kalo saya liat screen terus2an. Langsung aja nyuruh2 angkat jemuran tanpa peduli saya lagi deal job ama brand kosmetik.
Sepertinya personal branding saya gagal nih di mata Emak. Beliau lebih suka saya jadi guru meski saya sudah berkoar2 penghasilan dari nulis lebih banyak.
4 Comments. Leave new
Memang tidak semua orang setuju bahwa blogger itu profesi positif. Terutama karena sebagian orang punya value bahwa “hidup yang terbaik adalah kerja kantoran”, yang tentu saja bertentangan dengan value-nya blogger bahwa “hidup yang terbaik adalah berkarya, sedangkan lokasi berkaryanya itu prioritas berikutnya”. :))
Kalau blogger mau dapat personal branding yang bagus, harus cari target perseptor yang bisa menghargai value dari bloggernya. Dan sorry to say, sebagian lansia belum bisa masuk ke target ini. 🙂
Saya termasuk orang yg cukup fokus dari sejak awal untuk masalah personal brand. Ini memang sangat penting. jujur semua deal kerjaan dari blog sesuai dg niche blog saya yaitu di bidang keuangan.
Thankyou untuk sharingnya.
Hai mbak Santi sala kenal dari sesama blogger gado – gado.. hemh, iya nih saya pun merasa ga punya ciri spesifik sebagai blogger. Biasa nulis sesuai mood pula. Padahal, mau ga mau personal branding itu penting ya.. nice sharing